Resep Crepes Renyah Ncc



Rahasia Cara Membuat Ayam Crispy Ala Kfc Yang Lezat

Resep Crepe Suzette & Kisah Kecopetan di Angkutan Umum

Kecopetan di dalam angkutan umum mungkin pengalaman yang sudah banyak terjadi bagi pengguna sarana transportasi ini, termasuk saya yang sehari-hari berangkat dan pulang kantor dengannya. Telah dua kali saya mengalami kecopetan, yang pertama terjadi bertahun-tahun nan lampau kala masih awal bekerja di Jakarta. Metromini 610 jurusan Blok M - Pondok Labu ini merupakan angkutan umum andalan yang saya gunakan untuk berangkat ke terminal Blok M.  Kejadiannya klasik, ketika turun dari bus dalam kondisi terburu-buru dan sempoyongan karena bus yang melaju kencang dan mengerem mendadak maka tas kerja di bahu terlupa tidak didekap di depan dada. Seorang pencopet dengan pakaian rapi dan tas ransel hitam ternyata telah menempel di belakang saya yang berdiri di pintu bus, menyobek retsleting tas dan mengambil dompet yang mendekam disana. Ketika turun dari bus saya sedikit terheran ketika lelaki tersebut meloncat terburu-buru dan berlari kencang di kegelapan malam. Saya baru tersadar lima menit kemudian ketika melihat tas yang terbuka lebar.  

Kejadian kedua di sebuah angkot KWK jurusan Lebak Bulus - Depok, ketika itu saya baru saja mengantarkan Bulik Piyah di terminal Lebak Bulus, dan pulang ke rumah dengan menggunakan angkutan mobil kecil berwarna putih ini. Firasat saya sebenarnya sudah tidak nyaman saat angkot berhenti di depan Cilandak Town Square dan segerombolan pria - mengenakan pakaian rapi selayaknya orang bekerja plus tas ransel hitam -  tiba-tiba memasuki mobil. Anehnya duduk mereka pun menyebar tak beraturan. Dua pria duduk di kanan dan kiri saya, dua lainnya di duduk di sebelah penumpang wanita yang posisinya di depan saya, dan satu orang duduk di sudut. Kala itu penumpang angkot memang hanya saya dan si penumpang wanita tersebut. Perasaan semakin tidak nyaman, dan indra keenam sebenarnya sudah memberikan dering peringatan, namun saya mengabaikannya. Mobil berjalan sekitar sepuluh meter dan tak jauh dari Mall Cilandak Town Square, seorang lelaki bertubuh gendut besar dengan tampang awut-awutan dan pakaian kumuh menaiki angkot dan duduk di kursi di dekat pintu. Tangannya serta-merta menyodorkan brosur berisi iklan pijat refleksi. Saya menolaknya, namun alangkah terperanjatnya saya ketika tangan gendutnya yang besar menarik lengan saya dan melakukan gerakan pijat dengan kasar. Tarik menarik pun terjadi, saya yang berontak berusaha menarik tangan yang dipijat paksa, sementara si preman yang tak jelas ini menahan lengan saya dengan kuat. Anehnya tak berapa lama, lelaki kasar ini tiba-tiba berteriak meminta angkot berhenti, melemparkan gulungan dua ribuan ke supir dan lari tunggang-langgang seakan dikejar hantu.  

"Lain kali kalau dipijat begitu jangan melawan Mba, pijat refleksi kalau dilawan malah keseleo lho nantinya," komentar salah satu penumpang pria yang duduk disudut membuat saya menoleh kesal. "Pijat refleksi apaan?! Saya kan tidak mau dipijat. Bapak tadi dengar sendiri saya sudah berteriak-teriak minta tangan saya dilepas," cetus saya sengit. Saya kemudian memandang satu-satunya penumpang wanita di dalam angkot untuk mencari dukungan dan mimik muka yang terpampang disana membuat saya heran. Si mbak yang duduk diam membeku itu terlihat pucat dengan guratan ketakutan di wajahnya. Tatapan matanya terkadang terarah ke saya dan terkadang ke lelaki yang duduk di sebelah saya.  Masih sibuk berpikir dan mencoba menyusun potongan kejadian yang terjadi, tiba-tiba pria di sebelah saya ini berkata, "Coba Mba diperiksa tasnya, siapa tahu ada barangnya yang hilang. Biasanya pijat-pijat gitu suka menghipnotis untuk mengambil dompet atau handphone." Kontan saya langsung mengecek tas di pangkuan dan betapa kagetnya saya ketika melihat restleting tas telah terbuka. Dompet saya lenyap, namun handphone yang berada di dasar tas untungnya (masih untung!) tampak nangkring disana. "Dompet saya hilang"! Cetus saya panik kala teringat dengan uang satu setengah juta yang baru saja diambil dari ATM untuk membayar kost dan zakat. Kejadian ini memang terjadi di bulan Ramadhan. 

"Turun disini saja Mba, pencopetnya belum terlalu jauh. Mungkin masih bisa terkejar," dan seperti kambing yang dicocok hidungnya saya pun terburu-buru meminta supir angkot berhenti dan turun di tengah-tengah jalanan. Tetapi itu keputusan terbodoh yang pernah saya lakukan karena bagaimana mungkin saya bisa mengejar lelaki gendut yang larinya seperti gorilla sedang kebelet? Pak satpam di depan sebuah apartemen menegur saya, mungkin heran dengan muka kebingungan yang saya perlihatkan. "Cari apa Mba? Ada yang bisa dibantu"? Tegurnya ramah. "Bapak lihat laki-laki yang lari ke jalan disini? Orangnya tinggi besar, bajunya awut-awutan"? Serentetan kata-kata panik tak beraturan saya berondongkan dengan nafas ngos-ngosan dan telinga saya pekak dengan degup jantung yang terdengar seperti pelari marathon satu juta kilometer.  Kepala terasa separuh terisi dan separuh lagi melayang entah dimana.  "Dari tadi saya duduk disini Mba tapi saya tidak melihat ada laki-laki besar yang jalan ke arah sini. Mungkin bukan disekitar sini Mba." Saat itu satu persatu memori di kepala mulai tersambung, menyusun sebuah skenario dan cerita yang masuk akal. Si pemijat refleksi abal-abal sebenarnya hanya pengalih perhatian belaka, pencopet sesungguhnya adalah lelaki yang duduk di samping saya. Ketika fokus saya tertuju pada adegan tarik-menarik tangan di angkot, maka pencopet yang duduk di sebelah saya melancarkan aksi merogoh tas. Dompet berukuran besar yang terletak di bagian atas rongga tas memang sasaran termudah yang bisa dijangkau, sedangkan handphone yang melesak di dasar tas tidak keburu disikat. Ketika dompet diperoleh, si pemijat refleksi kabur dengan cepat dan para pencopet di dalam angkot memberikan saran untuk mengejar. Jadi dompet saya sebenarnya masih berada di dalam angkot di dalam salah satu tas ransel para pencopet itu.  
Sejak dua kejadian tersebut saya bukan hanya menjadi trauma naik angkutan umum seperti bis dan angkot, tetapi juga trauma menggunakan dompet. Ketika kecopetan itu terjadi semua kartu-kartu penting yang terdapat di dompet hilang musnah membuat saya dengan susah payah harus mengumpulkannya kembali. Bertahun-tahun lamanya saya menggunakan taksi atau ojek untuk pergi dan pulang kantor, dan uang pun saya letakkan menyebar di dalam tas  membuat saya kerepotan sendiri mencarinya ketika hendak membayar sesuatu.  Dalam rangka melakukan cost reduction demi membeli apartemen masa depan yang walau dananya sebagian besar dibantu oleh keluarga namun masih tetap membuat saya sedikit 'koit', maka beberapa bulan ini saya mulai kembali ke metromini. Ongkos metromini, kopaja atau TransJakarta yang murah membuat saya mampu menghemat sangat banyak. "Tapi hati-hati Nduk kalau naik angkutan umum, jangan sampai kecopetan lagi," nasehat Ibu saya yang mendukung rencana penghematan yang hendak saya lakukan namun khawatir dengan track record kecopetan yeng pernah saya alami. Kata-kata beliau tersebut tentu saja selalu saya ingat baik-baik hingga pagi ini hampir terjadi kecopetan yang ketiga. Lagi-lagi di metromini 610 jurusan Lebak Bulus - Blok M dengan kasus yang hampir sama.
Saat itu ketika semua penumpang telah turun di Mall Pasaraya maka saya beserta seorang penumpang lainnya memilih turun sedikit melebihi lokasi terminal, alasannya karena Kopaja 19 yang trayeknya melewati jalan Sudirman lebih suka berhenti disisi tersebut. Saya masih ingat hanya tersisa dua penumpang saja di bus, dan penumpang tersebut berdiri di depan saya. Jadi saat saya merasa tas di kempitan ditarik-tarik sedikit paksa ketika hendak bersiap turun maka saya lantas menoleh untuk mengeceknya. Seorang pria bertubuh tinggi besar dengan kepala botak menatap saya dengan tatapan kaget ketika saya membentak kencang, "Mau ngapain kamu tarik-tarik tas saya? Kamu copet ya"?! Yang tentu saja pertanyaan bodoh, karena di planet mana ada copet yang mau mengaku bukan? Pria itu terlihat gugup, tak mampu menatap mata saya dan langsung duduk di bangku terdekat sambil berkata ke supir, "Pir, saya turun di depan ya." Walau ingin berteriak kencang, "Copet"! Namun urung saya lakukan karena sibuk mengecek isi tas dan  bus yang sudah melaju pergi. Retsleting tas telah dirobek hingga terbuka lebar namun kali ini tidak ada benda apapun yang hilang dari sana. Seorang satpam yang berdiri di sekitar kantor di jalanan tersebut tertarik melihat saya yang sibuk mengecek tas, "Copet ya Mba? Ada yang hilang"? tanyanya ramah. "Untungnya tidak Pak, tapi retsletingnya sudah disobek," jawab saya dengan nada kesal. "Lain kali teriak saja sekencang-kencangnya Mba, nanti digebukin rame-rame itu copet," sarannya. Sayangnya reflek saya memang kurang oke untuk hal-hal seperti ini, termasuk malas menuruti firasat tidak enak yang sebenarnya sudah saya rasakan ketika kecopetan di angkot dulu. Padahal seringkali alam bawah sadar kita telah memberikan sinyal-sinyal waspada dan yang perlu kita lakukan hanyalah mendengarkannya dengan baik, serta bersedia sedikit repot untuk mencegah hal buruk terjadi. 

Baiklah kita lupakan dulu peristiwa-peristiwa di atas, ke depannya tentu saja saya harus lebih ekstra hati-hati,  dan mungkin pengalaman saya tersebut juga bisa membantu anda untuk lebih waspada di angkutan umum. Kembali ke dessert bernama Crepe Suzette yang saya hadirkan kali ini. Crepe Suzette merupakan dessert yang berasal dari Perancis, terdiri atas crepe dengan siraman beurre Suzette, yaitu saus yang terbuat dari gula yang dimasak hingga menjadi karamel dan mentega, jus jeruk atau tangerin, kulit jeruk serta minuman beralkohol bernama Grand Marnnier atau liquer jeruk bernama Curacao yang disiramkan pada permukaan hidangan. Dessert ini biasanya disajikan dengan api yang menyala di atasnya karena alkohol yang disiramkan di permukaan crepe akan terbakar ketika kue dimasak di kompor.  Hingga kini asal muasal nama crepe Suzette masih diperdebatkan. Satu klaim mengatakan bahwa nama tersebut diciptakan karena kesalahan yang dilakukan oleh seorang pelayan berusia empat belas tahun bernama Henri Carpentier pada tahun 1895 di sebuah restoran bernama Monte Carlo Cafe de Paris. Saat itu Henri Carpentier sedang mempersiapkan hidangan dessert untuk Prince of Wales, yang kelak akan menjadi Raja Edward VIII dari Inggris, para tamu undangan saat itu termasuk seorang gadis Perancis cantik bernama Suzette. Kisah ini diceritakan oleh Carpentier sendiri dalam otobiografinya berjudul Life a la Henri, meskipun kemudian dibantah oleh Larousse Gastronomique.   Sumber informasi lainnya (seperti halnya Larousse Gastronomique) meragukan kisah Carpentier tersebut. Alasannya, saat itu kepala pelayan lebih memungkinkan untuk melayani Sang Pangeran, dibandingkan Carpentier yang usianya masih terlalu muda. Versi lain yang tidak terlalu fantastis muncul saat interview Carpentier dengan Elsie Lee pada tahun 1950. Saat itu Henri Carpentier menjelaskan panjang lebar mengenai versi crepe Suzette-nya yang rumit sebenarnya berawal dari hidangan pancake dengan saus buah yang sering disajikan oleh Ibu angkatnya pada acara spesial tertentu. Penambahan liquer atau minuman beralkohol merupakan hal biasa yang dilakukan oleh chef di Paris pada saat itu.  Klaim lain menyatakan bahwa hidangan ini dinamai demikian untuk menghormati aktris Perancis bernama Suzanne Reichenberg (1853 - 1924) yang secara profesional bekerja di bawah nama Suzette. Pada tahun 1877, Reichenberg muncul di Comedie Francaise dengan berperan sebagai pembantu rumah tangga, salah satu adegannya adalah mempersiapkan crepe di atas panggung. Monsieur Joseph, pemilik Restoran Marivaux, kemudian menyajikan crepe tersebut. Dia memutuskan untuk membakar permukaan pancake tipis tersebut dengan tujuan untuk menarik perhatian penonton dan menjaga makanan tetap hangat ketika para aktor menyantapnya. Joseph kemudian menjadi direktur di Restoran Paillard di Paris dan kemudian di Hotel Savoy di London. Pada tahun 1896, Oscar Tschirky meluncurkan resep bernama 'Pancakes, Casino Style' dengan tampilan yang serupa kecuali nyala api di permukaan crepes. Georges Auguste Escoffier, seorang chef, pemilik bisnis restoran dan penulis kuliner yang sangat terkenal dalam menerapkan metode memasak a la Perancis, menjelaskan mengenai Crepes Suzette dalam versi bahasa Inggris di bukunya Guide Culinaire di tahun 1907  (versi bahasa Perancis pada tahun 1903) dengan tampilan hidangan yang sama namun tanpa nyala api pada saat penyajiannya. Makanan ini kemudian menjadi ciri khas restoran Perancis bernama Marie pada tahun 1898.    Saya akhiri kisah mengenai asal muasal crepe Suzette disini, dan berikut ini resep dan proses pembuatan crepe Suzette yang sangat mudah. Dessert ini pas menjadi camilan setelah bosan dengan pancake  yang fluffy.
Resep Crepe Suzette Resep diadaptasikan dari  BBC Good Food - Crepes Suzette Untuk sekitar 20 buah crepe Tertarik dengan resep simple serupa lainnya? Silahkan klik link di bawah ini: Crepe Pisang Isi Coklat & Keju Mille Crepes - Cake dengan Seribu Lapis Pancake Chocolate Choco Chips dengan Saus Strawberry Bahan crepe:

- 140 gram tepung terigu protein rendah atau serba guna - 200 - 250 ml susu cair (bisa menggunakan susu kental manis atau susu bubuk yang dicairkan dengan air sesuai instruksi di kemasan)

- 2 butir telur

- 25 gram mentega/margarine - 2 sendok makan gula - 1/8 sendok teh garam, skip jika sudah menggunakan margarine yang asin atau mentega yang salted (asin) Bahan saus: - 3 sendok makan gula pasir - 250 ml  jus jeruk (bisa menggunakan perasan jeruk orange segar atau jus dalam kemasan botol) - 1 sendok teh parutan kulit jeruk orange - 1 sendok makan rum atau 1/2 sendok teh rum essence (optional) *) - 50 gram mentega/margarine *) Rum merupakan minuman beralkohol dan rum essence terbuat dari rum yang masih menyisakan sedikit kandungan alkohol di dalamnya. Skip jika anda tidak mengkonsumsinya.  

**) Kekentalan adonan juga tergantung dari besar kecilnya telur yang digunakan dan kelembaban tepung, jadi tambahkan porsi susu cair jika adonan dirasa terlalu kental.

Cara membuat: Cara membuat crepe 
Siapkan gelas blender, masukkan semua bahan crepe ke dalamnya. Tekan tombol 'pulse' selama 10 detik saja. Tuangkan adonan crepe ke dalam gelas atau mangkuk lainnya. Tutup permukaan gelas/mangkuk berisi adonan crepe dengan menggunakan plastic wrap atau penutup lainnya (intinya adonan tidak terkena udara secara langsung). Masukkan adonan ke dalam chiller kulkas dan diamkan selama 1 jam. Proses ini perlu dilakukan agar gelembung-gelembung udara mengempis dan berkurang sehingga crepe tidak mudah robek ketika dimasak. Adonan tahan di dalam kulkas dalam wadah tertutup maksimal hingga 48 jam.

Siapkan pan/penggorengan anti lengket, jika memungkinkan gunakan pan yang tebal agar panas stabil dan crepes tidak mudah gosong. Saya menggunaakan pan dengan diameter 20 cm. Panaskan penggorengan, olesi permukaannya dengan minyak goreng atau margarine dan serap kelebihan minyak dengan tissue dapur. Permukaan wajan harus terlapisi minyak dengan baik agar adonan tidak lengket kala dipanggang dan mudah dilepaskan, namun jaga jangan sampai wajan terlalu basah dengan minyak. Gunakan api kecil saat memasak crepe. Tuangkan 1 sendok sayur adonan, gulirkan wajan dengan cepat sehingga adonan mengalir dan menutup permukaan pan. Masak selama 30 detik kemudian balikkan crepe dan masak selama 10 detik. Tuangkan crepe di piring datar agar mendingin. Lakukan hingga semua adonan habis.  note:  - Crepe yang sudah dipanggang bisa dimasukkan ke dalam plastik, ikat rapat dan simpan di chiller untuk beberapa hari atau dibekukan di freezer hingga 2 bulan lamanya.  - Tambahkan porsi susu cair jika adonan terlalu pekat dan susah untuk digulirkan di penggorengan.  Ambil selembar crepe, lipat dibagian tengahnya sehingga menjadi setengah lingkaran. Tekuk lagi crepe hingga menjadi bentuk segitiga seperti gambar yang saya berikan. Tata di piring. Sisihkan.

Cara membuat saus Siapkan pan anti lengket bekas menggoreng crepe, tuangkan gula pasir. Masak dengan api sangat kecil (jangan diaduk) hingga gula perlahan mencair dan berubah kuning coklat keemasan. Jangan memasaknya hingga terlalu coklat karena akan membuat saus menjadi terasa pahit.  Segera matikan api kompor.

Tuangkan jus jeruk perlahan (hati-hati cairan akan memercik ketika terkena karamel yang panas). Tambahkan parutan kulit jeruk dan rum (jika pakai). Masak kembali di kompor dengan api kecil sambil diaduk-aduk dengan spatula kayu hingga karamel meleleh dan larut di saus.  Masukkan mentega/margarine, masak perlahan dengan api kecil hingga cairan saus sedikit berkurang dan saus berubah menjadi tampak mengkilap. 

Masukkan potongan crepe ke saus, masak sebentar hingga crepe hangat. Angkat crepe dari saus, tata di piring saji dan segera dihidangkan. Lakukan hal yang sama pada sisa crepe dan saus lainnya. Super yummy! Sources:

BBC Good Food - Crepes Suzette Wikipedia - Crepe Suzette

Gallery Resep Crepes Renyah Ncc

6 Tip Membuat Bakwan Jagung Enak Ala Restoran Manado

Crispy Choco Cheese Almond Tuiles

Resep Kue Leker Rasa Pisang Yang Renyah Dan Crispy

Recipe Mille Crepes Anakjajan Com

504 Resep Crepe Teflon Enak Dan Sederhana Cookpad

Resep Bawang Goreng Oven Clearstage Cincinnati

Resep Combro Renyah

Cake Azza Crepes

Resep Dan Cara Membuat Crepes Sederhana Yang Garing

Tips Tips Dan Cara Membuat Roti Gabus Yang Renyah Toko

Crepes Pakai Wajan Kewalik

Egg Roll Yg Enak Dan Renyah

Cara Membuat Kremes Renyah Dan Bersarang Dijamin Antigagal

Mae S Little Kitchen Sunday Crepes

Resep Kue Biji Ketapang Yang Empuk Dan Renyah Resep

Resep Dasar Martabak Manis Tipis Garing Sajian Sedap

Pengen Bikin Waffle Seenak Di Kafe 6 Resep Ini Bisa Kok

200 Resep Crepes Crispy Enak Dan Sederhana Cookpad

All Of The Live Forever Gambar Jajan Leker

Resep Makuta Lemon Si Cheese Cake Kekinian Dari Bandung

6 Resep Pancake Yang Kamu Buat Sendiri Tanpa Perlu Merogoh


Belum ada Komentar untuk "Resep Crepes Renyah Ncc"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel